Kata “fenomenologi” berasal dari kata Yunani “fenomenon” , yaitu sesuatu yang tampak,
yang terlihat karena kecakupan. Dalam bahasa Indonesia biasa dipakai istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu
aliran yang membicarakan fenomenon atau
segala sesuatu yang menampakkan diri.
Tokoh fenomenologi adalah Edmund Husserl
(1859-1938). Ia adalah pendiri fenomenologi yang berpendapat bahwa ada
kebenaran untuk semua orang, dan manusia dapat mencapainya. Adapun inti
pemikiran fenomenologi menurut Husserl adalah bahwa untuk menentukan pemikiran
yang benar, seseorang harus kembali pada “benda-benda”, yaitu bahwa sendiri.
Dalam bentuk slogan, pendirian ini mengungkapkan dengan kalimat. Zun den Sactien to the things). Kembali
pada “benda-benda”, yaitu bahwa “benda-benda” diberi kesempatan untuk berbicara
tentang hakikat dirinya. Pernyataan tentang hakikat “benda-benda” tidak lagi
tergantung kepada orang yang membuat pernyataan, melainkan ditentukan oleh
“benda-benda” itu sendiri.
Akan tetapi, “benda-benda” tidaklah secara
langsung memperlihatkan hakikat dirinya. Apa yang kita temui pada “benda-benda”
itu dalam pemikiran biasa bukanlah hakikat. Hakikat benda itu ada dibalik yang
kelihatan itu. Karena pemikiran pertama (first
look) tidak membuka tabiryang menutupi hakikat, diperlukan hakikat kedua (second look). Alat yang digunakan untuk
menemukan hakikat pada pemikiran kedua ini adalah intuisi. Istilah yang
digunakan Husserl menunjukkan penggunaan intuisidalam menemukkan hakikat adalah
Wesenschou: melihat (secara intuitif)
hakikat gejala-gejala.
Sumber: Abdul Hakim,
Atang. 2008. Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi.
Bandung: CV Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar