About

Selasa, 29 November 2016

Filsafat Pengetahuan

Secara singkat filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang fulsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan.
Apabila kita berbicara mengenai filsafat pengetahuan, yang dimaksud dalam hal ini adalah ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khuss hendak memperoleh pengetahuan tentang hakkat pengetahuan.
Mengenai batasan epistemologis, seperti  istilah-istilah dalam filsafat, istilah inipun tidak sedikit yang membrikan batasan dan setiap batasan hampir mempunyai corak yang sedikit berlainan.
J.A.Niels  Mulder menuturkan, epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari soal watak, batasan-batasan, dan berlakunya dari ilmu pengetahuan Jacques Veuger mengemukakan, epistemologis adalah pengetahuan tentang pengetahuan dan pengetahuan yang kita milki tentang pengetahuan kita sendiri yang kita milki tentang pengetahuan orang lian. Abbas Hamami Mintarejo memberikan pendapat bahwa epistemologi adalah bagian filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau kebenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu.
Apabila kita memperhatikan definisi diatas bahwa semuanya hampir senada. Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicaran tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan kesahihan pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah arti pengetahuan terjadinya penegtahuan, jenis-jenis penegtahuan, dan asal-usul pengetahuan.

Sumber: Surajiyo. 2013. Filsafat Ilmu dan perkembangan di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara


Kegunaan Filsafat

Filsafat membantu untuk mendalami berbagai pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawab. Kemampuan itu dipelajarainya dari dua jalur: secara sistematis dan secara historis.
Pertama secara Sistematis, artinya filsafat menawarkan berbagai metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mandalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab dan keadilan dan sebagainya.
Kedua adalah sejarah filsafat. disini belajar untuk mendalami, menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filsuf terkemuka.
Manurut sebagian para filsuf kegunaan secara umum dari filsafat adalah sebagai berikut:
a.      Palto merakasak bahwa berpikir dan memikir itu sebagai suatu nikmat yang luar biasa sehingga filsafat diberikan predikat sebagai keinginan yang maha berharga.
b.      Rene Descartes yang termasyur sebagai pelopor filsafat modern dan pelopor pembaruan dalam abad ke-1 terkenal dengan ucapannya cogito ergosum (karena berpikir maka saya ada). Tokoh ini menyangsikan segala-galanya tetapi dalam serba sangsi itu ada satu  hal yang pasti, ialah bahwa aku bersangsi dan bersangsi berarti berpikir. Berfilsafat berarti berpangkalam kepada suatu kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang asasi.
c.       Alfred North Whitehead seorang filsuf modern merumuskan filsafat sebagai berikut: “filsafat adalah keinsafan dan pandangan jauh kedepan dan suatu kesadaran akan hidup pendeknya. Kesadaran akan kepentingan yang memberikan semangat kepada seluruh usaha peradaban”.
d.      Maurice Marleau Ponty seorang filsuf modern Existensialisme mengatakan bahwa jasa dari filsafat baru adalah terletak dalam sumber penyelidikannya, sumber itu adalah eksistensi dan dnegan sumber itu kita dapat berpikir tentang manusia. (Bahrudin Salam, 1998. Hal. 110-111)

Sumber: Surajiyo. 2013. Filsafat Ilmu dan perkembangan di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara


Ontologi

Ontology adalah teori hakikat yang mempertanyakan setiap eksistensi. Dengan demikian, sumbernya ditemukan. Berbicara tentang sumber setiap pengetahuan, dalam filsafat lahir pendekatan kedua, yaitu epistemology yang berasal dari bahasa latin, “episteme” yang berarti knowledge, yaitu pengetahuan; ”logos” berarti theory. Jadi, epistemology berarti teori pengetahuan atau teori tentang metode, cra dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi tentang hakikat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia (Sarwar, 1994 : 22).
Dalam filsafat, epistemology adalah cabang filsafat yang meneliti asal, struktur, metode-metode, dan kesahihan pengetahuan. Istilah “epistemology” pertama kali dipakai oleh J.F. Feirer, Institutes of Metaphysics (1854 M) yang membedakan dua cabang filsafat : epistemology dan ontology. Epistemology berbeda dengan logika. Jika logikamerupakan sain formal (formal science) yang berkenaan dengan atau tentang prinsip-prinsip penalaran yang sahih, epistemology adalah sain filosofis (philosophical science) tentang asal-usul pengetahuan dan kebenaran. Puncak pengkajian epistemology adalah masalah kebenaran yng membawa keambang pintu metafisika.
Epistemology adalah analisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Dari mana dan bagaimana pengetahuan diperoleh, merupakan kajian epistemology. Sebagai contoh adalah semua pengetahuan berasal dari Tuhan, artinya Tuhan sebagai ilmu pengetahuan.


Sumber: Abdul Hakim, Atang. 2008. Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi. Bandung: CV Pustaka Setia 

Objek Materia dan Objek Forma dalam Filsafat

Objek Materia Filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungin ada. Adapun objek forma filsafat adalah pencarian terhadap yang ada dan yang mungin ada secara kontemplatif pada permasalahan yang tidak dapat dijangkau oleh pendekatan empiris dan observatif yang biasa berada dalam sains.
Segala sesuatu yang ada artinya yang ada dengan sendirinya dan yang keberadaannya disebabkan oleh keberadaan yang ain. Segala sesuatu yang ada, ada yang wajib adanya tanpa ada kemungkinan yang lain dan ada yang tidak wajib adanya dan wajib bergantung kepada berbagai kemungkinan.
Sesuatu yang wajib ada secara filosofis  adalah wujud dari keberadaan yang ada dengan sendirinya dan tidak berada dengan sendirinya. Ada itu dakalanya tergambarkan oleh pancaindra, seperti langit, bumi, bulan, bintang, manusia, dan gunung-gunung, tetapi ada yang tidak tampak menurut keterbatasan pancaindra manusia, misalnya Sang Pencipta alam ini. Manusi merupakan objek material filsafat, dilihat dari kedudukannya sebagai manusi dimuka bumi maupun fungsi dan perannya.

Sumber: Abdul Hakim, Atang. 2008. Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi. Bandung: CV Pustaka Setia


Materialisme dalam Filsafat

Istilah materialisme dapat diberi definisi dengan beberapa cara. Pertama, materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan bergerak merupakan unsur-unsur yang membentuk alam dan bahwa akal dan kesadaran (conciusness) termasuk di dalamnya segala proses fisikal merupakan mode materi tersebut dan dapat disederhanakan menjadi unsur-unsur fisik. Kedua, doktrin alam semesta dapat ditafsirkan seluruhnya dengan sains fisik.
Kedua definisi tersebut mempunyai implikasi yang sama, walaupun cenderung untuk menjanjikan bentuk materialisme yang tradisional.Pada akhir-akhir ini, doktrin tersebut dijelaskan sebagai energism yang mengembalikan segala sesuatu dalam bentuk energi, atau sebagai bentuk yang positivisme yang memberi tekanan untuk sains dan mengingkari hal-hal seperti ultimate nature, of reality. (Juhaya S. Pradja, 2000 : 96)
Materialisme modern mengatakan bahwa alam (universe) itu merupakan kesatuan materiil yang tak terbatas : alam, termasuk di dalamnya segala materi dan energi (gerak atau tenaga) selalu ada dan akan tetap ada, dan bahwa alam (word) adalah realitas yang keras, dapat disentuh, materiil, objektif, yang dapat diketahui oleh manusia. Materialisme modern mengatakan bahwa materi itu ada sebelum jiwa (mind), dan dunia materiil adalah yang pertama, sedangkan tentang pemikiran tentang dunia ini adalah nomor dua.


Sumber: Abdul Hakim, Atang. 2008. Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi. Bandung: CV Pustaka Setia

Rabu, 23 November 2016

Ciri-Ciri Filsafat

Pemikiran menurut kefilsafatan Drs. Suryadi MP mempunyai karakteristik sendiri, yatu menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Hal ini samadengan pendapat Drs. Sri Suprapto Wirodiningrat yang menyebut juga pikiran kefilsafatan mempunyai tiga ciri khas, yaitu menyeluruh, mendasarn dan spekulatif. Lain halnya Sunoto menyebutkan ciri-ciri dari kefilsafatan, yaitu deskriptif, kritik atau analitik, evaluatif atau normatif, spekulatif dan sistematik.
1.      Menyeluruh
Yaitu pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan iangin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu lainnya, hubungan ilmu dengan moral, seni  dan tujuan hidup.
2.      Mendasar
Yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang  fundamental  atau esensial objek yang dipelajarinya hingga dapat dijadikan sebagai dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi tidak hanya berhenti pada periferis (kulitnya) saja, tetapi sampai tembus ke kedalamannya.
3.      Spekulatif
Yaitu hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran. Selanjutnya, hasil pemikiran selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajahkan wilayah pengetahuan yang baru. Meskipun demikian tidak berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena tidak pernah mencapai keselesaian. ( Sri Suprapto Wirodiningrat, 1981, hal 113-114)

Sumber: Surajiyo. 2013. Filsafat Ilmu dan perkembangan di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara


Sabtu, 19 November 2016

Peraturan Baduy Dalam

Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Baduy Dalam antara lain:

  • Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
  • Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
  • Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Puun)
  • Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)
  • Menggunakan Kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.

Baduy Dalam dan Baduy Luar

Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001). Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik).
Kelompok masyarakat panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Baduy Luar, yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya.
Baduy Dalam
Baduy Dalam adalah bagian dari keseluruhan Suku Baduy. Tidak seperti Baduy Luar, warga Baduy Dalam masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka.
Baduy Luar
Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Baduy Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkanya warga Baduy Dalam ke Baduy Luar. Pada dasarnya, peraturan yang ada di baduy luar dan baduy dalam itu hampir sama, tetapi baduy luar lebih mengenal teknologi dibanding baduy dalam. 


Baduy, Masyarakat Kenekes ??

Masyarakat Baduy merupakan suatu kelompok masyarakat sub-etnis Sunda yang menempati sebuah kawasan seluas 5.102 hektar di kaki pengunungan Kendeng. Wilayah ini memiliki topografi berbukit dengan suhu rata-rata 20 °C. Secara geografis wilayah ini terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT  (Permana, 2001), sedangkan secara administrasi wilayah ini terletak di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Kawasan ini dikenal sebagai Desa Kanekes, sekitar 38 km dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam dari Rangkasbitung, atau sekitar 120 km dari Jakarta.
Masyarakat Baduy sendiri lebih senang menyebut diri mereka sebagai ‘Urang Kanekes’ atau orang Kanekes, mengacu kepada wilayah tempat tinggal mereka. Sebutan ‘Baduy’ merupakan sebutan yang diberikan oleh para peneliti Belanda yang menyamakan mereka dengan suku Badawi dari jazirah Arab yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang terletak di bagian utara dari wilayah tersebut. Namun, masyarakat umum kadung menyebut mereka dengan sebutan Baduy.
Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Buddha, Hindu dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes. Isi terpenting dari ‘pikukuh’ (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep “tanpa perubahan apa pun”, atau perubahan sesedikit mungkin:
Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)
                                                      


Mengapa Filsafat Sebagai Pandangan Hidup ?

Diartikan sebagai pandangan hidup karena filsafat pada hakikatnya bersumber pada hakikat kodrati pribadi manusia (sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan). Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk monodualismec (manusia secara kodrati dari jiwa dan raga). Manusia secara totl (menyeluruh) dan sentral didlamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-macam filsafat sebagai berikut:
a.         Manusia dengan unsur rasanya daat melahirkan filsafat keindahan (estetika)
b.         Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi
c.         Manusia dengan unsur monodualismenya dapat melahirkan filsafat antropologi
d.        Menusia dengan kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dapat melahirkan filsafat ketuhanan
e.         Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial dapat melahirkan filsafat sosial.
f.          Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat melahirkan filsafat berpikir.
g.   Manusia dengan usnur kehendaknya untukberbuat bauk dan buruk apat melahirkan filsafat tingkah laku.
h.         Manusia dnegan unsur jiwanya dapat melahrkan filsafat psiklogi
i.           Manusia dengan segala aspek kehidupannya dapat melahirkan filsafat nilai
j.           Filsafat dengan dan sebagai warga negara dapat melahirkan filsafat negara
k.         Manusia dengan unsur kepercayan terhadap supranatural dapat melahirkan filsafat agama
Filsafat sebagai pandangan hidup merupakan suatu pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, juga dieprgunakan unuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi daam hidupnya. Pandangan hidp ituakan tercermin didalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup tersebut akan muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.

Sumber: Achmadi, Asmoro. 2009. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers

Apa Itu Debus ?

Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa. Misalnya kebal senjata tajam, kebal air keras dan lain- lain. Debus dalam bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu bundar, dan pada masa sekarang Debus sebagai seni beladiri yang banyak dipertontonkan untuk acara kebudayaan ataupun upacara adat.

Dan Debus mulai dikenal pada masyarakat Banten sebagai salah satu cara penyebaran agama Islam, namun ada juga yang menyebutkan Debus berasal dari daerah Timur Tengah bernama Al-Madad yang diperkenalkan ke daerah Banten ini sebagai salah satu cara penyebaran Islam pada waktu itu, dan yang lainnya menyebutkan bahwa Debus berasal dari tarekat Rifa’iyah Nuruddin al-Raniri yang masuk ke Banten oleh para pengawal Cut Nyak Dien (Tahun 18481908).

Banten dengan Salah Satu Keseniannya

Di sini saya akan menulis sedikit tentang kebudayaan yang ada di daerah Banten. Banten adalah  sebuah suku bangsa yang ada di Provinsi Banten, dan sebuah Provinsi yang ada di Pulau Jawa, yang pusat pemerintahannya berada di kota Serang. Setelah Kerajaan Tarumanagara runtuh sekitar abad ke-8 M, di Sebelah Barat Sungai Citarum berdiri pusat kekuasaan baru yang bernama Kerajaan Sunda dan Banten merupakan salah satu daerah kekuasaan Raja Sunda yang terletak di sebelah barat pusat kekuasaannya, dan Banten juga merupakan salah satu daerah yang dianggap penting terutama untuk kepentingan perdagangan. Sebagian besar anggota masyarakat Banten memeluk agama Islam dengan semangat religius yang tinggi, tetapi pemeluk agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai.
 Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten yang mempertunjukkan kemampuan manusia yang luar biasa. Misalnya kebal senjata tajam, kebal air keras dan lain- lain. Kesenian ini berawal pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin. Sedangkan pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa, Debus menjadi sebuah alat untuk memompa semangat juang rakyat Banten melawan penjajah Belanda pada masa itu. Kesenian Debus saat ini merupakan kombinasi antara seni tari dan suara.

Sate Bandeng, Makanan Khas Banten ?

Sate bandeng merupakan makanan khas Banten dan banyak ditemui di daerah Serang. Konon makanan olahan dari ikan bandeng ini diperkenalkan oleh juru masak kerajaan Banten Girang pada abad ke 16 untuk menjamu para tamu kerajaan. Karena ikan bandeng memiliki banyak duri sehingga akan menyulitkan saat dikonsumsi, si juru masak tersebut memutar otak agar bisa menyajikan ikan bandeng dengan cara yang berbeda dan dapat dikonsumsi tanpa harus kesulitan saat dikonsumsi karena durinya, sehingga ditemukanlah sate bandeng dan masih populer hingga sekarang
Sesekali jika berwisata ke daerah Banten, jangan lupa untuk membeli sate bandeng sebagai oleh-oleh yang banyak dijual di tapal batas antara kota Serang dan Tangerang. Harga per tusuk sate bandeng sekitar Rp20.000,- sampai Rp25.000,-. Harga tersebut tidak akan terbilang mahal jika dibandingnkan dengan rumitnya pembuatan sate bandeng dengan cita rasa yang gurih tersebut.
Tidak seperti sate pada umumnya yaitu potongan daging kecil-kecil yang ditusukkan pada sebilah bambu lalu di bakar dengan bara dan dihidangkan setelah disiram bumbu sambal kacang atau kecap. Proses pembuatannya sangat unik, setelah dibersihkan sisiknya, ikan bandeng diremas atau dipukul-pukul (gepuk) agar dagingnya hancur dan terpisah dari kulit ikan bandeng yang tebal. Kemudian daging ikan bandeng yang sudah hancur tersebut dikeluarkan dari kulitnya dengan cara mencabut tulang dari bagian bawah kepala ikan untuk dibuang duri-duri halusnya dan dicampur dengan bumbu dan santan kental. Setelah itu daging yang telah bercampur bumbu tadi dimasukkan kembali kedalam kulit bandeng yang masih utuh sehingga berbentuk ikan seperti semula lalu ditukkan pada bambu dan dibakar.
Tempat-tempat yang di rekomendasikan untuk memperolah sate bandeng di daerah Serang antara lain:
§  Warung Sate Bandeng Sempurna, Jln. A. Yani, seberang Rumah Sakit Cempaka, Serang
§  Sate Bandeng Ibu Aliyah, Jl. Sam'un Bakrie RT1/01, Lopang Gede, Serang 0254-206129


Makanan Khas Banten

Selain menyimpan sejarah yang Luar biasa, Banten juga memiliki makanan khas yang menarik untuk di cicipi. Makanan seperti apakah itu? Anda pasti sudah tidak asing lagi mencicipi ikan Bandeng bukan? Selain mengandung gizi dan protein yang besar, ikan bandeng juga dapat diolah menjadi makanan yang lezat. Salah satunya di daerah banten, ikan bandeng diolah menjadi masakan yang tidaka ada di daerah manapun yaitu “Sate Bandeng”. Meskipun namanya Sate Bandeng, bentuk sate bandeng tidak seperti sate pada umumnya, sate bandeng akan di tusuk menggunakan bambu dan ketika proses pembakaran, ikan terlebih dahulu di lumuri oleh lumpur yang kualitas baik. Hal ini dilakukan agar bau amis yang terdapat pada ikan bandeng akan hilang.  Ini pula lah yang menjadi keunikan pada salah satu makanan khas banten ini.
Sate bandeng ini konon merupakan makanan kerajaan. Berawal dari kerajaan Banten terdahulu, tepatnya pada zaman Raja Banten yang ke 16. Pada awalnya beliau ingin menyuguhkan hidangan berupa ikan bandeng bagi tamu kerajaan. Akhirnya Raja Banten berinisiatif untuk membuat hidangan berupa ikan bandeng tanpa duri. Hingga pada akhirnya ditemukanlah resep yang mampu menggugah selera makanan khas banten ini.

Seiring berjalannya waktu, Sate Bandeng saat ini dikonsumsi oleh seluruh kalangan. Dengan rasanya yang nikmat dan disertai rempah-rempah yang menguatkan rasa sate bandeng tersebut, masyarakat pun tidak segan untuk menikmati makanan yang menjadi makanan favourite masyarakat banten ini. Bahkan tidak sedikit masyarakat luar daerah Banten pun tidak segan untuk mengkonsumsi Sate Bandeng ini.

Sejarah Banten

Banten atau dahulu dikenal dengan nama Bantam pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, yang ditemukan di Kampung Lebak di tepi Ci Danghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian Raja Purnawarman.
Setelah runtuhnya Kerajaan Tarumanagara (menurut beberapa sejarawan ini akibat serangan Kerajaan Sriwijaya), kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Ci Serayu dan Kali Brebes dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oleh Tome Pires, penjelajah Portugis pada tahun 1513, Banten menjadi salah satu pelabuhan penting dari Kerajaan Sunda. Menurut sumber Portugis tersebut, Banten adalah salah satu pelabuhan kerajaan itu selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa, dan Cimanuk.

Diawali dengan penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan dengan merebut Banten Girang dari Pucuk Umun pada tahun 1527, Maulana Hasanuddin, mendirikan Kesultanan Banten di wilayah bekas Banten Girang. Dan pada tahun 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan Pakuan Pajajaran, ibu kota atau pakuan (berasal dari kata pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Hal itu ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.

Jumat, 18 November 2016

Filsafat Sebagai Ilmu

Ada pula filsafat sebagai ilmu dikarenakan di dalam pengertian filsafat mengandung empat pengertian ilmiah, yaitu  bagaimanakah, mengapakah, kemanakah dan apakah.
Pertanyaan bagaimana  menanykan sifat-sifat yang dapat ditangkap atau  yang tampak oleh indra. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran).
Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) sutu objek. Jawabandan pengetahuannnya bersifat kausalitas (sebab akibat).
Pertanyaan kemana  menanyakan apa yang terjadi dimasa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis pengetahauan, yaitu: pertama, pengetahauan yang timbul dari segala sesuatu yang berulang-ulang (kebiasaan), yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman. Ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk emngetahui apa yang akan terjadi.  Kedua, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang etrkandung dalam adat istiadat/kebiasaan yang ebrlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini tidak dipermasalahkan apakah pedomana tersebut selalu dipakai atau tidak. Pedoman yang selalu dipakai disebut hukum.  Ketiga, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan.
Pertanyaan apa yang menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal. Hakikat ini bersifat sangat mendalam dan tidak lagi bersifat empiris sehinggahanya dapat dimengerti oleh akal. Jawaban dan pengetahuan yang diperolehnya ini kita akan dapat mengetahui hal-hal yang  sifatnya sangat umum, universal,  abstrak.
Dengan demikian, kalau ilmu-ilmu yang lain (selai filsafat) bergerak dari tidak tahu ke tahu, sedangkan ilmu filsafat bergerak dari tidak tahu ke tahu selanjutnya ke hakikat.
Sumber: Achmadi, Asmoro. 2009. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers


Hubungan antara Filsafat dengan Ilmu

Filsafat adalah buah pemikiran seseorang yang mengkaji tentang masalah yang berkenan dengannya dalam segala sesuatu secara benar, agar menemukan hakikat yang sebenarnya.
   Ilmu adalah sebuah pengetahuan yang pasti secara beraturan, secara ilmiah, dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi.

Antara filsafat dan ilmu ini memiliki hubungan dan persamaan, keduanya ini meupakan hasil ciptaan kegiatan pemikiran manusia, yaitu berfikir filosofis dan empiris ilmiah. Filsafat menentukan tujuan hidup dan ilmu menentukan sarana untuk hidup. Jadi, antara filsafat dan ilmu pengetahuan ini sangatlah berkaitan erat, filsafat ini disebut sebagai patokan ilmu pengetahuan. 

Apa Filsafat Pendidikan Itu ?

Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar-akarnya mengenai pendidikan. Ada sejumlah filsafat pendidikan yang dianut oleh bangsa-bangsa di dunia, namun demikian semua filsafat itu akan menjawab tiga pertanyaan pokok sebagai berikut:

1). Apakah pendidikan itu?

2). Apa yang hendak dicapai?

3). Bagaimana cara terbaik merealisasikan tujuan itu?

Apa Hubungannya Filsafat dengan Pendidikan ?

Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi.

Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.

Apa Itu Filsafat ?


Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani philosophiaPhilos berarti suka, cinta, atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian, secara sederhana, filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.
Ada beberapa definisi filsafat yang telah diklasifikasikan berdasarkan watak dan fungsinya sebagai berikut:
  • Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
  • Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal).
  • Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Filsafat bisa dimengerti dan dilakukan melalui banyak cara, sehingga berlaku prinsip “Variis modis bene fit”, dapat berhasil melalui banyak cara yang berbeda. Bertens menengarai ada beberapa gaya berfilsafat. Pertama, berfilsafat yang terkait erat dengan sastra. Artinya, sebuah karya filsafat dipandang melalui nilai-nilai sastra tinggi. Contoh: Sartre tidak hanya dikenal sebagai penulis karya filsafat, tetapi juga seorang penulis novel, drama, scenario film. Bahkan beberapa filsuf pernah meraih hadiah Nobel untuk bidang kesusasteraan.
Kedua, berfilsafat yang dikaitkan dengan social politik. Di sini, filsafat sering dikaitkan dengan praksis politik. Artinya sebuah karya filsafat dipandang memiliki dimensi-dimensi ideologis yang relevan dengan konsep negara. Filsuf yang menjadi primadona dalam gaya berfilsafat semacam ini adalah Karl Marx (1818-1883) yang terkenal dengan ungkapannya: “Para filsuf sampai sekarang hanya menafsirkan dunia. Kini tibalah saatnya untuk mengubah dunia”.
Ketiga, filsafat yang terkait erat dengan metodologi. Artinya para filsuf menaruh perhatian besar terhadap persoalan-persoalan metode ilmu sebagaimana yang dilakukan oleh Descartes dan Karl Popper. Descartes mengatakan bahwa untuk memperoleh kebenaran yang pasti kita harus mulai meragukan segala sesuatu. Sikap yang demikian itu dinamakan skeptis metodis. Namun pada akhirnya ada satu hal yang tidak dapat kita ragukan, yakni kita yang sedang dalam keadaan ragu-ragu, Cogito Ergo Sum.         
Sumber:
Mustansyir, Rizal.2008.Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Nama : Yusi Utami
Nim : 2227150056
Kelas : 3B PGSD

1. Apa Itu Filsafat ?
2. Apa Hubungannya Filsafat dengan Pendidikan ?
3. Apa Filsafat Pendidikan Itu ?
4. Hubungan antara Filsafat dengan Ilmu
5. Filsafat Sebagai Ilmu
6. Sejarah Banten
7. Makanan Khas Banten
8. Sate Bandeng, Makanan Khas Banten ?
9. Banten dengan Salah Satu Keseniannya
10. Apa Itu Debus ?
11. Mengapa Filsafat Sebagai Pandangan Hidup ?
12. Baduy, Masyarakat Kanekes ??
13. Baduy Dalam dan Baduy Luar
14. Peraturan Baduy Dalam
15. Ciri-Ciri Filsafat
16. Materialisme dalam Filsafat
17. Objek Materia dan Objek Forma dalam Filsafat
18. Ontologi
19. Kegunaan Filsafat
20. Filsafat Pengetahuan
21. Terminologi Fenomenologi
22. Reduksi Fenomenologi
23. Tiga Reduksi untuk Mencapai Realitas Fenomen
24. Marxism (Karl Marx 1818-1883)
25. Tiga Sumber Filsafat Marx
26. Filsafat Hidup
27. Agama Menurut Bergson
28. Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
29. Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
30. Kedudukan Ilmu, Filsafat dan Agama
31. Apa Itu Istilah Philosophia ?
32. Aliran atau Mahzab dalam Filsafat
33. Dimensi Epistemologi
34. Pandangan Filsafat tentang Hakikat Manusia
35. Filsafat dan Pendidikan
36. Dasar Filsafat Pendidikan
37. Tujuan Pendidikan Aliran Filsafat
38. Objek Kajian Filsafat Pendidikan
39. Filsafat juga termasuk Filsafat Pendidikan
40. Materialisme Filsafat
41. Macam-Macam Materialisme
42. Aliran Idealisme Filsafat
43. Jenis-Jenis Idealisme
44. Eksistensialisme
45. Filsafat Pendidikan Islam
46. Pendidikan Islam
47. Pentingnya Filsafat Bagi Manusia
48. Persamaan dan Perbedaan Filsafat dan Ilmu
49. Faedah Mempelajari Filsafat
50. Aksiologi
51. Mengenal Immanuel Kant
52. Tiga Pokok Immanuel Kant
53. Kritisisme dan Ciri-Cirinya
54. Apa Itu Filsafat Bahasa ?
55. Fungsi Bahasa
56. Manfaat Filsafat Bahasa
57. Penggunaan dan Fungsi Bahasa
58. Reformasi Bahasa
59. Aturan-aturan Terpokok Suatu Bahasa
60. Apa Itu Logika ?
61. Kegunaan Logika
62. Logika Sebagai Cabang Filsafat
63. Macam-Macam Logika
64. Bentuk dan Tempat Standarisasi
65. Fungsi Standarisasi
66. Agama dan Etika
67. Filsafat Agama dan cakupan kajian
68. Filsafat Islam
69. Filsafat Pendidikan Islam
70. Apa Itu Estetika ??
71. Cara Kerja Estetika
72. Linguistik
73. Filsafat Etika
74. Problematika Filsafat Etika
75. Tafsiran Metafisika
76. Perbedaan Filsafat Agama dengan Teologi
77. Apa Itu Metafisika ?
78. Manfaat Metafisika
79. Metode dan Pendekatan Filsafat Politik
80. Filsafat Hermeneutik
81. Realitas dapat dijumpai manusia ?
82. Filsafat Manusia
83. Hubungan Filsafat Manusia dengan Ilmu
84. KEBENARAN
85. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat
86. Jenis-Jenis Kebenaran
87. Manusia adalah Eksistensi
88. Manusia dan sesamanya
89. Manusia dan dunianya
90. Kebenaran Proposisi
91. Fungsi logis
92. Empat Jenis Kebenaran Menurut Pranaka, Julianne Ford dalam Lincoln & Guba (1985)
93.  Keterkaitan antara Fakta dan Kebenaran
94. Etika Lingkungan Dalam Pengembangan Kebajikan
95. Interpretasi dan Ketidaksepakatan
96. Ramalan Karl Marx: Kapitalisme Menghancurkan Dirinya sendiri
97. Karl Marx: Manusia makhluk yang Bekerja
98. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Kurikulum Sekolah
99. Konsepsi Nilai Pendidikan
100. Keragaman etika lingkungan
101. Kelemahan Filsafat Marx dan Marcuse
102. Sertifikat Seminar Nasional dan Bedah Buku